Dinkes Sosialisasikan Penyakit Kusta dan Frambosia
Sekda Jonpriadi bersama narasumber dari Kemenkes RI, dr. Rita Djupur, B,Sc, DCN, M.Epid, Dinkes Sumbar, Dr. dr. Irene dan Kadinkes Padang Pariaman. dr. AspinudinAdvokasi dalam acara Sosialisasi Penemuan Penyakit Kusta dan Frambusia
Ternyata Kabupaten Padang Pariaman temuan kasus Kusta-nya terbanyak di Sumatera Barat. Hal ini mengemuka dalam pertemuan yang diadakan Dinas Kesehatan Kabupaten Padang pariaman di ruang pertemuan Dinkes di Parit Malintang (05/10).
Pertemuan yang bertajuk "Advokasi dan Sosialisasi Penemuan Penyakit Kusta dan Frambusia" itu dibuka secara resmi oleh Sekda Jonpriadi dengan menghadirkan narasumber dari Kemenkes RI, dr. Rita Djupur, B,Sc, DCN, M.Epid, Dinkes Sumbar, Dr. dr. Irene dan Kdinkes Padang Pariaman. dr. Aspinudin.
Dalam sambutan membuka kegiatan yang dihadiri Kepala SKPD, Camat dan Kepala Puskesmas se Kabupaten Padang Pariaman itu Jonpriadi tidak menyangkal data yang dikemukakan dr. Rita.
"Penyakit Kusta di tengah masyarakat sering ditutupi fakta keberadaannya. Umumnya pihak keluarga malu kemudian menyembunyikan informasi kondisi anggota keluarganya yang terkena penyakit tersebut," ungkap Jonpriadi.
"Namun, kita di Padang Pariaman banyak menemukan kasus tersebut dan penyakit lainnya karena Program Padang Pariaman Sehat kita berjalan. Ditambah lagi petugas medis di puskesmas aktif mencarinya ke masyarakat," jelas mantan Kepala Bappeda itu.
"Kita mengucapkan terima kasih kepada pihak Kemenkes dan Dinkes Sumbar yang memprioritaskan program sosialisasi dan penemuan kasus penyakit ini sebagai upaya kita memberantas dan mengeliminasi penyakit menular ini," tutupnya mengakhiri sambutannya.
Dalam kesempatan menjelaskan tentang penyakit Kusta dan Frambusia, dr. Rita yang menjabat sebagai Kasubdit Penyakit Tropis Menular Langsung (D/h Subdit Kusta dan Frambusia) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa penyakit Kusta dan Frambusia adalah penyakit menular yang harus ditangani secara bijaksana supaya tidak menimbulkan penularan kepada komunitas masyarakat sekitarnya.
"Kusta itu penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman Kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi dan organ tubuh lain dan dapat menyebabkan kecatatan tubuh," jelasnya.
Ditambahkan oleh Dr. dr Irene, bila tidak diobati dengan baik keduanya akan dapat menimbulkan kecacatan, bukan hanya cacat fisik melainkan juga pada ekonomi dan sosial serta keluarga penderita.
Menurut data, Kepala Dinkes Padang pariaman, Aspinudin menjelaskan, pada tahun 2014, angka kasus Kusta baru di Indonesia sebanyak 17.025 orang. Angka penemuan kasus baru tersebut menjadikan Indonesia berada di peringkat ke 3 di dunia setelah India dan Brazil. Data tahun 2014 menunjukan 83% dari kasus baru merupakan kasus MB (multi basiler), 9% kasus cacat tingkat 2 dan kasus anak. Sementara, kasus kusta di Kab. Padang Pariaman dari Januari sampai Juni 2016 ditemukan 16 kasus dengan tipe Kusta Kering sebanyak 7 orang dan Kusta Basah 9 orang. Kasus Kusta itu ditemukan pada kegiatan Rapid Village Survey (RVS) sebanyak 66%, sukarela (dilaporkan sendiri oleh penderita) sebanyak 31% pasien yg datang dengan sendiri nya.
Kegiatan di Kabupaten Padang Pariaman merupakan rangkaian dari tiga tempat pelaksanaan yaitu Provinsi Aceh di Kab. Aceh Timur, Provinsi Sumatra Barat diadakan di Kab. Padang Pariaman dan Provinsi Maluku Utara di Kabupaten Tidore.
Setelah melakukan advokasi dan sosialiasi, dilanjutkan keesokan harinya dengan pelatihan kepada petugas medis cara mengenal temu penyakit Kusta dan Frambosia serta cara merawatnya.(tim)