Jajanan atau cemilan merupakan hal yang sangat dekat dengan anak-anak. Berbagai cara dilakukan oleh pedagang agar dagangannya laris dan digemari anak-anak. Salah satunya dengan cara menyajikan dalam bentuk yang menarik dan rasa yang beragam pada jajanan tersebut. Namun, dalam pemilihan makanan jajanan untuk anak sekolah perlu menjadi perhatian bagi masyarakat khusunya yang memiliki anak sekolah. Kebanyakan anak sekolah belum mengerti cara memilih jajanan/cemilan aman yang bernutrisi, tidak instan namun tetap berkalori.
Makanan jajanan yang sehat adalah makanan yang tidak menggunakan pewarna makanan yang mecolok, dan tidak menggunakan pemanis buatan ataupun bahan-bahan lainnya yang dilarang dimasukkan kedalam makanan. Menurut Khomsan (2010) kebiasaan jajan sebenarnya memiliki beberapa manfaat yaitu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi terutama bagi anak yang tidak sarapan pagi, pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman pangan sejak kecil dan meningkatkan gengsi anak di mata teman sekolahnya. Jajan tidak hanya memliliki
keuntungan namun jajan yang terlalu sering dan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif/ merugikan seperti pemborosan, nafsu makan menurun, obesitas, dan kurang gizi (Irianto, 2007).
Namun, saat sekarang ini sudah banyak jajanan instan yang menjadi trend oleh anak-anak sekolah. Mereka lebih menyukai makanan kebarat-baratan ketimbangan makanan tradisional. Salah satu contohnya, anak SD lebih suka jajanan frozen food yang diawetkan berbulan-bulan ketimbang jajanan tradisonal seperti serabi, putu ayu, aneka lapek, bika, pensi dan langkitang, cendol, bubur, godok ubi, pisang goreng, dan lain sebagainya.
Mereka seakan gengsi untuk mengkonsumsi makanan tersebut. Karena, mereka beranggapan makanan tersebut merupakan makanan orang tua bukan makanan anak muda. Padahal, jika dilihat dari komposisi bahan, cara pembuatannya lebih aman dari makanan yang mereka agungkan tersebut. Selain itu, Anak sekolah biasanya melupakan sarapan pagi dan membeli makanan jajanan di sekolah. Anak-anak membeli makanan jajanan menurut kesukaannya tanpa memikirkan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya (Judarwanto, 2008 dalam Nurbiyati 2014). Mereka kurang mengetahui dampak negatif untuk kesehatan dari yang mereka makan, makanan jajanan tersebut hanya banyak mengandung karbohidrat dan garam yang akan membuat perut cepat kenyang. Jajanan anak sedang mendapat sorotan khusus, karena selain banyak dikonsumsi anak sekolahan yang merupakan generasi muda juga banyak mengancam bahaya dari konsumsi pangan jajanan. Keamanan pangan jajanan sekolah perlu lebih diperhatikan karena berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah. Makanan yang sering menjadi sumber keracunan adalah makanan ringan dan jajanan, karena biasanya makanan ini merupakan hasil produksi industri makanan rumahan yang kurang dapat menjamin kualitas produk olahannya (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Banyak sekarang remaja atau dewasa dini mudah terkena penyakit degeneratif. Seperti diabetes miletus (DM), hiperteni, jantung, ginjal, hati dll. Masyarakat diberikan isu terkait kasus angka kesakitan di saat penyuluhan di posyandu lansia ataupun posbindu. Kemudian dibuatlah tim MAJU CANTIK tiap korong untuk membuat cemilan CANTIK. Dengan bantuan kader- kader posyandu dan bagian nagari untuk tindak lanjutnya. Apakah akan dibuatkan KOPERASI MAJU CANTIK korong dengan perputaran dananya dihandle oleh orang nagari. Dengan sistem pengelolaannya dilibatkan kader-kader sebagai perwakilan masyarakat. Dengan begitu muncul kembali jajanan tradisional yang enak dan bernutrisi. Sehingga pemasukan masyarakat sekitar dapat bertambah, pengeluaran keluarga juga berkurang dalam hal jajan makanan instan yang lumayan mahal dibandingkan jajanan tradisional. Sehingga anak-anak yang jajan pun terjamin asupannya. Dan dapat mengurangi resiko stunting atau bahkan obesitas pada anak.
Adapun dasar inovasi:
a. Masih banyak masyarakat yang tidak paham akan pentingnya jajanan sehat untuk anak.
b. Ketidak tahuan anak-anak akan jajanan tradisonal, anak lebih suka jajanan kekini-kinian dan bersifat instan.
c. Kurangnya minat masyarakat akan penduli asupan anak-anaknya. Mereka bahkan lebih senang memberikan anaknya mie isntan dibandingkan membelikan jajanan lama.
d. Adanya keinginan pembuktian kalau mereke mampu untuk membeli jajanan mahal yang melihatkan bahwa mereka mampu.
e. Menumbuhkan rasa semangat masyarakat untuk ciptakan koperasi maju cantik di tiap korong yang nanti akan berkolaborasi dengan nagari.